banner 728x90
banner 728x90
Viral

Viral di TikTok, Pacu Jalur Riau Tembus Panggung Dunia

×

Viral di TikTok, Pacu Jalur Riau Tembus Panggung Dunia

Sebarkan artikel ini
Pacu Jalur, tradisi perahu panjang khas Kuantan Singingi, Riau./ Kemenparekraf

BOLINGGODOTCO,- Di tengah derasnya arus tren digital, budaya lokal Indonesia kembali mendapat sorotan dunia. Kali ini, giliran Pacu Jalur, tradisi lomba mendayung perahu panjang khas Kuantan Singingi, Riau yang menjadi bintang di media sosial berkat fenomena baru bernama Aura Farming.

Tren ini mencuat di platform TikTok, di mana ribuan pengguna dari berbagai negara menirukan gaya khas para pendayung Pacu Jalur.

Video-video tersebut memperlihatkan sosok anak-anak mendayung dengan penuh semangat, memutar tangan dan menjaga keseimbangan di atas jalur, sebutan untuk perahu yang mereka tumpangi.

Gerakan energik mereka, dipadukan dengan lagu “Young Black & Rich” karya Melly Mike, menciptakan nuansa dramatis yang memikat audiens global.

Istilah “Aura Farming”: Dari Slang Gen Z hingga Simbol Kepercayaan Diri

Fenomena Aura Farming sendiri bermula dari istilah slang yang berkembang di kalangan Gen Z dan Gen Alpha. Menurut situs budaya internet Know Your Meme, Aura Farming menggambarkan aksi atau gestur seseorang yang dianggap “keren”, penuh karisma, dan memiliki aura seperti protagonis utama.

Sejak viral pada September 2024, istilah ini menjelma menjadi tren visual yang menyebar ke berbagai platform seperti X, Instagram, dan TikTok.

Namun yang mengejutkan, ekspresi paling populer dari tren ini justru datang dari budaya Indonesia tepatnya dari lomba Pacu Jalur yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Dari Sungai Batang Kuantan ke Dunia Maya

Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan biasa. Tradisi ini tumbuh dari akar sejarah masyarakat Rantau Kuantan yang menggantungkan hidupnya pada transportasi sungai.

Perahu panjang yang disebut jalur dulunya dibuat dari satu batang kayu utuh dan mampu memuat hingga 60 orang. Selain digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu, jalur juga menjadi simbol prestise sosial di kalangan bangsawan dan datuk setempat.

Baca Juga:  Viral Desain Uang Rupiah Edisi 80 Tahun RI, Bank Indonesia Tegaskan Itu Hoaks

Seiring berjalannya waktu, jalur tidak lagi sekadar alat transportasi. Mulai abad ke-18, ia diperlombakan antar kampung sebagai bentuk kompetisi yang meriah. Festival Pacu Jalur kemudian menjadi agenda tahunan yang paling dinanti-nanti masyarakat Kuantan Singingi.

Diselenggarakan setiap Agustus, perlombaan ini kini menjadi ikon budaya yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Bahkan, di masa kolonial Belanda, Pacu Jalur dijadikan bagian dari perayaan resmi untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina. Tradisi tersebut berlangsung selama beberapa hari dan tetap lestari hingga kini.

Budaya Lokal Mendunia Lewat Kreativitas Digital

Kepopuleran Pacu Jalur dalam tren Aura Farming memperlihatkan bagaimana generasi muda mampu mengemas budaya tradisional dalam bentuk yang segar dan mudah diterima publik internasional.

Aksi luwes anak-anak pendayung, dikemas dengan visual dan audio yang kuat, justru memunculkan identitas lokal yang menarik secara global.

Di tengah dominasi konten budaya pop barat, tren ini menjadi contoh nyata bahwa warisan budaya lokal Indonesia punya daya tarik yang tak kalah kuat  asalkan dikemas dengan cerdas dan autentik.

Lebih dari sekadar viral, fenomena ini juga membangkitkan rasa ingin tahu dunia terhadap budaya Indonesia. Dan bagi masyarakat Kuantan Singingi, ini adalah momen penting yang membuktikan bahwa tradisi mereka mampu menembus batas-batas geografis dan zaman.