banner 728x90
banner 728x90
Kuliner

Kue Kontol Kejepit, Jajanan Tradisional yang Kini Jadi Warisan Budaya Tak Benda

×

Kue Kontol Kejepit, Jajanan Tradisional yang Kini Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Sebarkan artikel ini
Kue kontol kejepit./ Twitter indisey

BOLINGGODOTCO,- Nama jajanan ini mungkin membuat banyak orang spontan mengernyitkan dahi. Ya, kontol kejepit (tolpit) begitu masyarakat Jawa menyebutnya terdengar nyeleneh dan mengundang tawa bagi yang baru mendengarnya.

Namun, di balik nama yang unik itu, tersimpan kisah panjang tentang tradisi, budaya, dan sejarah kuliner khas Darrah Istimewa Yogyakarta ini.

Scrol Kebawah Untuk Baca
banner 728x90
ADVERTORIMENT

Kini, kue kontol kejepit atau yang sering disebut tolpit telah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.

Penetapan ini memperkuat posisi tolpit sebagai bagian penting dari identitas kuliner dan budaya masyarakat Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Asal Usul Nama yang Bikin Salah Paham

Nama “kontol kejepit” memang terdengar vulgar, terutama bagi yang tidak tahu maknanya dalam konteks lokal. Namun, sebutan itu sebenarnya muncul karena bentuk kuenya yang unik menyerupai alat kelamin pria yang “terjepit” di antara dua bagian adonan.

Proses pembuatannya juga cukup sederhana. Adonan yang terbuat dari tepung beras, parutan kelapa, dan gula merah digoreng dalam minyak panas.

Saat adonan mulai mengembang, bagian tengahnya ditekan dan dijepit menggunakan sumpit hingga membentuk seperti kuncup bunga. Dari situlah nama “kontol kejepit” muncul.

Jejak Sejarah Sejak Zaman Mataram Kuno

Siapa sangka, kue dengan nama yang kocak ini ternyata punya sejarah panjang. Berdasarkan catatan budaya, tolpit sudah dikenal sejak masa Kerajaan Mataram Kuno dan bahkan disebut dalam Serat Centhini pada abad ke-18 Masehi.

Baca Juga:  Nikmatnya Kuliner Ceker Lapindo di Sidoarjo, Pecinta Pedas Harus Wajib Coba

Pada masa itu, jajanan ini kerap disajikan dalam acara-acara adat dan upacara selamatan. Ia juga sering dikaitkan dengan ritual panen sebagai bentuk rasa syukur kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan masyarakat Jawa.

Menariknya, pada era 1980–1990-an, kue ini sangat populer di pasar-pasar tradisional. Banyak penjual keliling yang menjajakan tolpit di berbagai sudut kampung, terutama saat musim panen tiba.

Mulai Langka, Kini Dikenalkan Kembali

Seiring perkembangan zaman dan menjamurnya jajanan modern, eksistensi kontol kejepit mulai memudar. Banyak generasi muda yang bahkan belum pernah mendengar, apalagi mencicipi kue legendaris ini.

Namun, belakangan ini beberapa komunitas kuliner dan pegiat budaya Yogyakarta mulai berupaya menghidupkan kembali eksistensinya. Melalui festival makanan tradisional dan promosi di media sosial, kue tolpit diperkenalkan ulang sebagai bagian dari kekayaan kuliner Nusantara.

Rasa Legit, Nama Tak Terlupakan

Di balik namanya yang nyeleneh, rasa kue ini justru bikin nagih. Perpaduan antara gurihnya kelapa dan manisnya gula merah menciptakan cita rasa yang khas sederhana tapi membekas.

Kini, dengan statusnya sebagai Warisan Budaya Tak Benda, kue kontol kejepit diharapkan tak hanya dikenal karena namanya yang unik, tapi juga dihargai sebagai simbol tradisi, kreativitas, dan warisan leluhur masyarakat Bantul.***