banner 728x90
Sejarah

Sejarah Jawa Timur, Dari Kerajaan Kuno hingga Menjadi Provinsi Modern

×

Sejarah Jawa Timur, Dari Kerajaan Kuno hingga Menjadi Provinsi Modern

Sebarkan artikel ini
Potret kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1951./ Foto: Tropenmuseum

BOLINGGODOTCO,- Jawa Timur hari ini dikenal sebagai salah satu provinsi paling dinamis di Indonesia. Namun jauh sebelum itu, wilayah ini telah menjadi panggung bagi kerajaan-kerajaan besar, perebutan kekuasaan, hingga lahirnya struktur pemerintahan modern.

Kisah Jawa Timur dimulai jauh di abad ke-8. Dari Prasasti Dinoyo terungkap bahwa pada tahun 770 M di kawasan Malang telah berdiri kerajaan bernama Kanjuruhan. Inilah salah satu catatan tertua yang menunjukkan Jawa Timur sudah memiliki pemerintahan mandiri pada masa itu.

Scrol Kebawah Untuk Baca
banner 728x90
ADVERTORIMENT

Meski keberadaan pusat kerajaannya masih diperdebatkan, Kanjuruhan menandai babak awal sejarah politik di wilayah timur Pulau Jawa.

Memasuki abad ke-10, arah sejarah berubah. Jawa Timur yang sebelumnya berada di pinggiran kekuasaan Mataram Kuno malah berkembang menjadi pusat kerajaan-kerajaan besar.

Satu demi satu kerajaan berdiri dan membawa pengaruh penting:

  • Medang yang dipindahkan Mpu Sindok ke Jawa Timur
  • Kahuripan pada masa Airlangga
  • Daha-Janggala
  • Singasari dengan tokoh-tokoh besar seperti Ken Arok
  • Majapahit, kerajaan yang mengubah wajah Nusantara

Pada masa ini struktur pemerintahan mulai tertata jelas. Ada Keraton sebagai pusat kendali, Watek sebagai wilayah setingkat daerah, dan Wanua sebagai desa. Struktur ini menjadi fondasi tata kelola pemerintahan hingga beberapa abad kemudian.

Kemunculan Provinsi di Era Singasari

Perubahan besar terjadi pada abad ke-13. Berdasarkan Prasasti Mulamalurung (1255), pemerintahan Singasari memperkenalkan lapisan administratif baru bernama Nagara, yang setara dengan konsep provinsi masa kini.

Mulai saat itu, struktur pemerintahan terdiri dari:

  • Pusat (Kraton)
  • Nagara (Provinsi)
  • Watek (Kabupaten)
  • Wanua (Desa)

Konsep ini kemudian disempurnakan lagi pada masa Majapahit sehingga wilayah dan kekuasaan tertata lebih sistematis. Pada masa Mataram Islam, istilah Bang Wetan dipakai untuk menyebut kawasan Jawa Timur. Wilayah ini mencakup pesisir utara, pedalaman timur, hingga pulau Madura.

Baca Juga:  Sejarah Pelayanan Kesehatan di Museum Dr. Mohamad Saleh Probolinggo

Pembagian wilayahnya bersifat konsentris, mulai dari pusat kekuasaan hingga daerah luar atau mancanagara. Sistem ini menegaskan bahwa Jawa Timur tetap menjadi wilayah penting dalam struktur politik kerajaan.

Era Kolonial Belanda, Lahirnya Provinsi Jawa Timur Modern

Perang Diponegoro  pada tahun 1825-1830 menjadi titik balik. Setelah perang berakhir, seluruh Jawa Timur jatuh ke tangan Belanda. Selama puluhan tahun berikutnya, Belanda mengatur wilayah ini melalui para bupati.

Hingga akhirnya pada tahun 1929, Belanda secara resmi membentuk Provincient van Oost Java atau Provinsi Jawa Timur. Struktur pemerintahan inilah yang menjadi fondasi dasar bagi provinsi modern yang kita kenal saat ini.

Zaman kemerdekaan Jawa Timur resmi menjadi Provinsi setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, PPKI melalui sidang 19 Agustus 1945 menetapkan pembentukan provinsi-provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah Jawa Timur.

Tokoh yang berperan besar dalam masa awal ini adalah R.M.T. Soerjo. Residen Bojonegoro yang kemudian ditunjuk sebagai Gubernur pertama Jawa Timur. Ia dilantik pada 5 September 1945.

Pada 12 Oktober tahun 1945, ia resmi memindahkan pusat pemerintahan ke Surabaya, menandai berjalannya administrasi Provinsi Jawa Timur.

Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Jawa Timur yang jatuh pada tanggal 12 Oktober dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007.

Sejarah panjang Jawa Timur bukan sekadar deretan tanggal dan kerajaan. Ia adalah perjalanan budaya, kekuasaan, dan identitas yang membentuk masyarakatnya hingga kini.

Dari kerajaan kuno di Malang, kejayaan Majapahit, masuknya kolonialisme, hingga lahirnya provinsi modern semuanya menjadi fondasi yang menghidupkan Jawa Timur sebagai daerah penuh energi, budaya, dan potensi.***