banner 728x90
banner 728x90
Ragam

Ekspor ke Kazakhstan, Saatnya Petani dan Pengusaha Muda Indonesia Naik Kelas

×

Ekspor ke Kazakhstan, Saatnya Petani dan Pengusaha Muda Indonesia Naik Kelas

Sebarkan artikel ini
Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh, Mahendra Utama./ Arsip pribadi

Oleh: Mahendra Utama (Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh Jember)

BOLINGGODOTCO,- Indonesia adalah negeri dengan tanah yang subur, tangan-tangan terampil, serta semangat dagang yang telah diwariskan sejak era kejayaan rempah-rempah.

Namun, kekuatan ini belum sepenuhnya tercermin dalam hubungan dagang dengan negara-negara non-tradisional, salah satunya Kazakhstan, sebuah negara dengan potensi pasar yang berkembang pesat di kawasan Asia Tengah.

Sebagai Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh Jember, saya menyaksikan langsung bagaimana komoditas pertanian Indonesia mampu bersaing di pasar global, asalkan kita cermat dalam memilih produk dan pasar sasaran.

PT Mitratani Dua Tujuh merupakan perusahaan agribisnis yang telah lama bergerak di bidang ekspor edamame (kedelai Jepang) dan okra (sayuran tropis bernutrisi tinggi) ke berbagai negara, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Saat ini, saya meyakini bahwa pasar seperti Kazakhstan juga menyimpan potensi besar bagi produk-produk seperti edamame dan okra. Kedua komoditas ini tidak hanya sehat dan tinggi nutrisi, tetapi juga selaras dengan tren konsumsi pangan modern yang mengedepankan gaya hidup sehat dan pola makan berbasis nabati.

Kazakhstan, dengan mayoritas penduduk Muslim dan iklim subtropis, sangat terbuka terhadap produk pangan segar dan olahan dari negara tropis seperti Indonesia.

Sayangnya, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan dengan Kazakhstan. Berdasarkan data tahun 2023, ekspor Indonesia hanya mencapai USD 111 juta, sementara impor dari Kazakhstan mencapai USD 232 juta, didominasi oleh minyak bumi, gas alam, serta besi dan baja.

Kondisi ini mencerminkan ketergantungan kita pada impor komoditas berat, sementara ekspor komoditas unggulan kita belum dimaksimalkan. Bagi saya, hal ini bukan hanya tantangan, melainkan juga peluang besar.

Ekspor edamame dan okra bisa menjadi pintu masuk strategis Indonesia ke pasar Asia Tengah sekaligus mengangkat kesejahteraan petani lokal, khususnya di wilayah Jember dan sekitarnya.

Baca Juga:  Gereja Merah Probolinggo, Ikon Sejarah yang Langka Hanya Ada 2 di Dunia

Model kemitraan yang kami jalankan bersama petani telah terbukti memberikan nilai tambah yang adil, dengan orientasi ekspor yang jelas dan berkelanjutan.

Di sisi lain, para pengusaha muda Indonesia, terutama yang tergabung dalam HIPMI, perlu lebih aktif menjelajahi pasar-pasar potensial seperti Kazakhstan.

Mereka memiliki potensi besar, terlebih dengan dukungan teknologi, kemudahan logistik, dan semangat untuk menembus pasar global.

Produk-produk seperti pangan olahan, produk halal, herbal, kosmetik alami, hingga barang kebutuhan rumah tangga (home goods) dari Indonesia bisa menjadi komoditas unggulan baru jika dipasarkan dengan strategi yang tepat.

Pemerintah tentu memegang peran penting, mulai dari penyusunan perjanjian dagang bilateral, fasilitasi promosi ekspor, hingga pemberian akses pembiayaan dan dukungan logistik.

Namun yang tak kalah penting adalah kolaborasi lintas sektor antara perusahaan agribisnis, UMKM, pelaku logistik, asosiasi eksportir, dan komunitas pengusaha muda.

Hanya dengan bergerak bersama, ekspor Indonesia dapat menembus pasar-pasar baru secara lebih agresif dan berkelanjutan.

Perlu diketahui bahwa Indonesia saat ini mencatatkan surplus neraca perdagangan nasional selama 59 bulan berturut-turut hingga Mei 2025.

Ini adalah modal kepercayaan diri yang kuat untuk memperluas ekspor ke kawasan-kawasan yang selama ini belum tergarap optimal, seperti Asia Tengah.

“Dari ladang petani Jember, edamame dan okra kami telah menjelajah ke Jepang dan Amerika. Kini saatnya perusahaan agribisnis Indonesia membuka jalan ke Kazakhstan agar dunia mencicipi pangan sehat dari bumi Indonesia.”

Kazakhstan bukanlah pasar yang jauh. Ia adalah peluang nyata yang dapat membuka jalan baru bagi ekspor Indonesia. Kini saatnya kita tidak hanya menjadi pembeli komoditas mentah dari mereka, tetapi juga menjadi penjual komoditas unggulan yang lahir dari tangan petani dan pengusaha muda bangsa ini.