banner 728x90
Sejarah

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Menurut Para Ahli

×

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Menurut Para Ahli

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi masuknya agama Islam di Nusantara./ Foto: Istimewa

BOLINGGODOTCO,- Kehadiran Islam di Nusantara tidak terjadi secara tiba-tiba. Sejumlah sejarawan meyakini agama ini dibawa oleh para pedagang yang singgah di wilayah kepulauan Indonesia dalam jaringan perdagangan internasional.

Melansir dari berbagai macam sumber, Proses islamisasi berkembang pesat seiring meredupnya pengaruh kerajaan Hindu-Buddha. Pada periode selanjutnya, kerajaan-kerajaan bercorak Islam mulai muncul dan mengambil peran dominan dalam kehidupan politik dan sosial masyarakat Nusantara.

Scrol Kebawah Untuk Baca
banner 728x90
ADVERTORIMENT

Dalam kajian sejarah, terdapat empat teori utama yang menjelaskan masuknya Islam ke Indonesia. Keempat teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori Persia, Teori Cina, dan Teori Arab. Masing-masing teori memiliki latar waktu berbeda, mulai dari abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi.

Teori Gujarat dikemukakan oleh J. Pijnapel dan diperkuat oleh Snouck Hurgronje. Teori ini menyebutkan bahwa Islam dibawa oleh pedagang dari Gujarat, India, yang aktif berdagang melalui Selat Malaka menuju Nusantara.

Pendapat tersebut diperkuat dengan temuan batu nisan Sultan Malik As-Saleh dari Samudera Pasai bertahun 1297 serta makam Maulana Malik Ibrahim yang bercorak Gujarat. Catatan perjalanan Marco Polo juga kerap dijadikan rujukan pendukung teori ini.

Meski demikian, Teori Gujarat menuai kritik. G.E. Morison menilai kemiripan batu nisan tidak cukup membuktikan asal penyebaran Islam, terlebih pada awal abad ke-12 masyarakat Gujarat masih didominasi pemeluk Hindu.

Teori berikutnya adalah Teori Persia yang didukung oleh Hoesein Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Mereka berpendapat Islam masuk ke Nusantara melalui pedagang dan ulama dari Persia atau wilayah yang kini dikenal sebagai Iran.

Teori ini dikaitkan dengan berkembangnya ajaran Syiah pada masa awal islamisasi abad ke-13. Sejumlah bukti lain turut menguatkan, seperti penggunaan gelar “syah”, kosakata serapan Persia, kesamaan mazhab, serta ajaran tasawuf yang dikaitkan dengan Syekh Siti Jenar.

Baca Juga:  Sejarah Bubur Tajhin Sora Kuliner Khas Bulan Muharram

Namun, Teori Persia juga dinilai memiliki keterbatasan. Beberapa ahli berpendapat bahwa pada abad ke-7 Masehi, pengaruh Persia dalam dunia Islam belum cukup kuat untuk menjangkau Nusantara secara luas.

Sementara itu, Teori Cina menyebutkan Islam dibawa oleh para perantau muslim dari Tiongkok. Hubungan dagang antara masyarakat Cina dan Nusantara telah terjalin jauh sebelum Islam berkembang di Indonesia.

Islam sendiri telah hadir di Cina sejak masa Dinasti Tang. Menurut Sumanto Al-Qurtuby, pemukiman muslim telah berkembang di wilayah Kanton, Quanzhou, dan pesisir selatan Cina pada periode tersebut.

Teori ini diperkuat dengan sejumlah bukti, seperti asal-usul Raden Patah yang disebut memiliki keturunan Tiongkok, penggunaan istilah Cina dalam gelar raja Demak, serta arsitektur masjid bernuansa Cina.

Teori terakhir adalah Teori Arab atau Mekkah yang didukung tokoh seperti Buya Hamka dan van Leur. Teori ini menyatakan Islam masuk langsung dari Arab sejak abad ke-7 melalui para pedagang dan musafir yang berdakwah.

Keberadaan perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara, serta dominasi mazhab Syafi’i di Samudera Pasai menjadi penguat teori ini. Penggunaan gelar Al-Malik pada raja-raja Pasai juga dianggap sejalan dengan tradisi Islam di Timur Tengah.

Meski dinilai paling awal secara kronologis, Teori Arab juga memiliki kelemahan. Minimnya sumber tertulis membuat peran langsung bangsa Arab dalam islamisasi Nusantara masih terus diperdebatkan hingga kini.***