banner 728x90
banner 728x90
Ragam

Selama Ini Kita Salah Besar! Bukan Sperma yang Menentukan Kehidupan, Tapi Sel Telur

×

Selama Ini Kita Salah Besar! Bukan Sperma yang Menentukan Kehidupan, Tapi Sel Telur

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi sperma./ Foto: iStockphoto

BOLINGGODOTCO,- Selama ini, banyak orang percaya bahwa manusia lahir berkat satu “sperma terkuat” yang berhasil menembus sel telur dan mengalahkan jutaan pesaingnya. Narasi itu begitu populer hingga dianggap kebenaran mutlak. Namun, sains justru menunjukkan hal yang berbeda.

Faktanya, proses pembuahan bukanlah ajang lomba lari sperma, melainkan perjalanan kompleks penuh seleksi alami di dalam tubuh wanita.

Scrol Kebawah Untuk Baca
banner 728x90
ADVERTORIMENT

Mitos Lama yang Dipatahkan Ilmuwan

Peneliti dari Zurich University, Robert D. Martin, melalui studi berjudul “The Macho Sperm Myth” di laman Aeon, mencoba membongkar mitos bahwa sperma menjadi pemenang tunggal berkat kekuatannya.

Menurut Martin, gagasan bahwa sperma “berlomba” menuju sel telur adalah dongeng ilmiah yang didorong oleh sudut pandang maskulin. “Narasi itu lebih mencerminkan fantasi pria daripada realitas biologis,” tulisnya.

Sperma Hadapi Rintangan Berat di Tubuh Wanita

Martin menggambarkan perjalanan sperma bukan seperti lari marathon, melainkan melewati rintangan berat layaknya latihan militer. Dalam sekali ejakulasi, seorang pria bisa mengeluarkan hingga 100 juta sperma, namun hanya sebagian kecil yang bertahan.

Rintangannya dimulai di vagina, yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan mampu mematikan sebagian besar sperma. Yang selamat masih harus menembus lendir di serviks (mulut rahim) tempat seleksi ketat berikutnya terjadi. Sperma cacat atau lemah otomatis tersingkir.

Baca Juga:  Sejarah Tari Glipang: Sebuah Kebudayaan Melawan Penjajah Belanda di Probolinggo

Setelah itu, sperma yang lolos tidak langsung berenang bebas di rahim, karena sistem reproduksi wanita melakukan penyaringan tambahan. Sebagian sperma bahkan menempel di dinding saluran telur dan hanya sebagian kecil yang dilepaskan mendekati sel telur.

Sel Telur Bukan Pasif, Tapi Justru “Memilih”

Penelitian Martin juga menunjukkan bahwa sel telur bukan penerima pasif, melainkan pihak yang aktif menentukan sperma mana yang bisa masuk.

Hal ini diperkuat oleh riset John Fitzpatrick dari Stockholm University, yang menemukan bahwa sistem imun wanita turut berperan dalam menyaring sperma. Sperma berkualitas rendah atau yang dianggap “asing” oleh tubuh wanita akan disingkirkan.

Dari ratusan juta sperma yang masuk, hanya ratusan yang berhasil mencapai sel telur, dan di titik akhir proses ini, sel telur-lah yang memilih siapa pemenangnya.

Makna di Balik Temuan Ini

Temuan ilmiah ini mengubah cara pandang lama tentang pembuahan. Jika sebelumnya proses ini dianggap sebagai “kemenangan sperma jantan”, kini jelas bahwa pembuahan adalah hasil kerja sama rumit antara tubuh pria dan wanita, di mana peran wanita justru sangat menentukan.

Dengan kata lain, tidak ada “sperma paling kuat” yang menang sendirian, karena sejak awal, tubuh wanita-lah yang menjadi arena seleksi paling canggih dalam biologi manusia.***