PROBOLINGGO,- Sejumlah proyek pembangunan di Kota Probolinggo kembali menjadi bahan pembicaraan publik. Bukan karena hasilnya, tapi karena cara pelaksanaannya.
Dalam proyek revitalisasi Alun-alun dan perbaikan trotoar di Jalan Soekarno-Hatta, sejumlah pohon peneduh kota justru ditebangi hal ini memicu reaksi keras dari warga dan aktivis lingkungan.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Harimau bahkan melaporkan penebangan pohon tersebut ke Polres Probolinggo Kota. Mereka menilai langkah pemkot terlalu terburu-buru dan tidak disertai kajian lingkungan yang komprehensif.
“Kami tidak menolak pembangunan. Tapi pembangunan seharusnya bisa dilakukan tanpa harus mengorbankan pohon-pohon yang menjadi paru-paru kota,” ujar Muhammad Arif Billah, Ketua DPW Harimau Jawa Timur, Selasa (28/10/2025).
Menurut Arif, alasan pemerintah yang menyebut akar pohon merusak trotoar tidak bisa dijadikan pembenaran utama.
“Kalau pun alasannya akar, itu justru langkah terakhir yang boleh diambil. Masih banyak cara lain, seperti pemangkasan atau penataan ulang area hijau. Ini seharusnya dikaji lebih matang,” tegasnya.
LSM Harimau mendesak agar seluruh proses penebangan dihentikan sementara dan meminta kepolisian menyelidiki aspek perencanaan proyek yang dinilai abai terhadap kelestarian lingkungan.
Kasat Reskrim Polres Probolinggo Kota, Iptu Zaenal Arifin, membenarkan adanya laporan tersebut.
“Iya, mas. Ada pengaduan baru masuk tentang penebangan pohon di Alun-alun,” katanya singkat saat dikonfirmasi wartawan.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo, Retno Wandasari, seperti dikutip dari Radar Bromo, menyebut langkah pemerintah sudah sesuai aturan.
“Itu sudah sesuai regulasi dan ada penggantinya,” ujarnya singkat.
Meski begitu, laporan tersebut tetap menyita perhatian warga. Banyak pihak berharap agar proyek revitalisasi tetap berjalan, tapi dengan memperhatikan keberadaan ruang hijau yang menjadi identitas dan penyeimbang iklim kota.***















