banner 728x90
Daerah

Banjir Tiris Probolinggo Diduga Dipicu Penebangan Hutan di Kawasan Hulu

×

Banjir Tiris Probolinggo Diduga Dipicu Penebangan Hutan di Kawasan Hulu

Sebarkan artikel ini
Banjir menerjang Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Kamis 11 Desember 2025.

PROBOLINGGO,- Banjir yang menerjang Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Kamis (11/12/2025) lalu. Hujan deras yang turun hampir 14 jam memicu luapan air dari kawasan hulu Gunung Argopuro.

Arus banjir melanda sejumlah desa dan menyebabkan kerusakan parah. Infrastruktur rusak dan ribuan warga terisolasi akibat akses terputus.

Scrol Kebawah Untuk Baca
banner 728x90
ADVERTORIMENT

Warga menduga bencana ini dipicu kerusakan lingkungan di wilayah hulu. Daya serap tanah dinilai menurun sehingga air hujan langsung mengalir ke kawasan permukiman.

Dugaan tersebut diperkuat hasil pemantauan warga menggunakan drone. Dari udara, tampak beberapa titik hutan gundul di kawasan Perhutani yang berbatasan dengan Kabupaten Jember.

Salah satu area yang disorot berada di kawasan Gunung Malang. Luas lahan gundul diperkirakan lebih dari 300 hektare dengan dominasi pohon tua yang telah ditebang.

Warga Desa Andungbiru, Agus Subiyanto, menyebut banjir kali ini lebih parah dari kejadian sebelumnya. Menurutnya, kondisi hulu kini semakin kritis.

“Banjir sekarang jauh lebih parah. Daya serap air di hulu sudah berkurang, jadi air langsung meluap saat hujan lama,” ujar Agus.

Hujan deras mengguyur wilayah Tiris sejak pukul 02.00 WIB hingga sekitar pukul 16.00 WIB. Kondisi itu membuat Sungai Pekalen meluap dengan arus sangat kuat.

Baca Juga:  Pemkot Probolinggo Bekali Core Values ASN

Sedikitnya tiga desa terdampak cukup berat. Desa Andungbiru, Desa Telogoargo, dan Desa Tiris menjadi wilayah paling merasakan dampaknya.

Selain merendam rumah warga, banjir bandang merusak fasilitas umum. BPBD Kabupaten Probolinggo mencatat 15 rumah terdampak dan lima jembatan mengalami kerusakan.

Lima jembatan yang rusak terdiri dari dua jembatan permanen dan tiga jembatan semi permanen. Sebagian di antaranya putus total.

Kerusakan terparah terjadi di Dusun Kedaton, Desa Andungbiru. Jembatan penghubung antarwilayah putus dan tidak bisa dilalui.

Akibatnya, lebih dari seribu warga di tiga dusun terisolasi total. Hingga kini belum ada jalur alternatif yang dapat digunakan.

Warga berharap ada penanganan darurat dari pemerintah. Mereka juga meminta evaluasi serius terhadap kondisi hutan di kawasan hulu.

Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Banjir bandang serupa pada Desember 2018 lalu menelan dua korban jiwa.

Peristiwa ini kembali menjadi peringatan penting. Kelestarian lingkungan hulu sungai dinilai krusial untuk mencegah bencana berulang.***