banner 728x90
banner 728x90
Kabar Pro

Ancaman Abrasi Sungai Kraksaan Akibatkan Dua Kelas Ambruk, Gubernur Jatim Tinjau Langsung

×

Ancaman Abrasi Sungai Kraksaan Akibatkan Dua Kelas Ambruk, Gubernur Jatim Tinjau Langsung

Sebarkan artikel ini
Gubernur Jawa Timur, Khofifah tinjau Gedung SDN Kalibuntu yang terancam rusak total setelah dua ruang kelas ambruk akibat longsoran tebing usai banjir./ bolinggo.co

PROBOLINGGO,- Ancaman abrasi sungai di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, kian mengkhawatirkan. Dua ruang kelas di SDN Kalibuntu dilaporkan ambruk akibat longsoran tebing yang terjadi usai banjir besar pada Februari 2025 lalu.

Menanggapi kondisi darurat ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turun langsung meninjau pembangunan tanggul bronjong di sisi sungai, Kamis (19/6/2025).

“Abrasi di sini sudah berlangsung lama, tapi laporan resmi baru masuk Februari. Dua ruang kelas sudah roboh, dan sisanya sangat rentan,” ujar Khofifah kepada awak media.

Gubernur Jatim menegaskan bahwa pembangunan tanggul bronjong harus rampung paling lambat Agustus 2025 guna menyelamatkan infrastruktur pendidikan serta permukiman warga.

“Kita perkuat tanggul dulu dengan bronjong. Soal perbaikan sekolah, kami minta Pemkab segera ajukan proposal bantuan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Khofifah juga mengajak masyarakat untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjaga lingkungan dan keselamatan bersama.

Baca Juga:  PPP Jatim Instruksikan Kader Menangkan Khofifah-Emil di Pilgub Jatim

“Mohon doa seluruh warga Jawa Timur agar proyek ini berjalan lancar dan membawa manfaat besar,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur, Ir. Baju Trihaksoro, menyebut bahwa lokasi Kalibuntu menjadi prioritas utama penanganan karena terdampak langsung pada fasilitas pendidikan dan lahan pertanian milik warga.

“Ini proyek senilai Rp 9 miliar dan menyasar enam titik rawan abrasi di Probolinggo,” jelasnya.

Proyek pembangunan bronjong tersebut dikerjakan oleh Dinas PU SDA Jatim dengan panjang hampir 370 meter dan tinggi antara 6–7 meter. Struktur tanggul diperkuat dengan lapisan geotextile untuk menahan risiko erosi susulan.

Sebagai informasi, banjir besar sebelumnya juga merendam sekitar 18 hektare lahan pertanian warga. Dengan demikian, proyek bronjong ini diharapkan tidak hanya melindungi fasilitas pendidikan, namun juga memperkuat ketahanan pangan masyarakat sekitar.