PROBOLINGGO,- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo resmi meluncurkan International Class Program (ICP) sebagai langkah besar dalam mewujudkan pendidikan masa depan di daerah.
Peluncuran program ini berlangsung di Gedung Islamic Center Kraksaan, Rabu (6/8/2025), dan ditandai dengan pemukulan gong digital oleh Bupati Probolinggo, Gus dr. Haris atau yang akrab disapa Gus Haris.
Program ICP akan dilaksanakan di tiga sekolah percontohan, yakni SMP Negeri 1 Kraksaan, SMP Negeri 1 Dringu, dan SMP Negeri 1 Tongas.
“Ini merupakan salah satu wujud dari mimpi kita bahwa kita akan memiliki sekolah ideal yang kita harapkan sebagai sekolah masa depan Kabupaten Probolinggo,” ungkap Bupati Gus Haris dalam sambutannya.
Menurutnya, sekolah masa depan tersebut akan dilengkapi dengan berbagai standar internasional, termasuk penerapan kurikulum berbasis Cambridge, digitalisasi proses pembelajaran, serta penguatan kompetensi siswa di bidang bahasa dan sains.
“Jika ingin studi banding, tidak perlu jauh-jauh ke luar daerah atau luar negeri. Cukup datang saja ke tiga sekolah itu yang akan menjadi acuan bagaimana pendidikan masa depan di Kabupaten Probolinggo,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo, Dwijoko Nurjayadi, menyampaikan bahwa peluncuran program ini adalah lompatan besar dalam dunia pendidikan lokal yang tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal.
“Kami ingin anak-anak Kabupaten Probolinggo mampu bersaing di tingkat global tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal dan spiritual. Termasuk target hafalan Al-Qur’an sebagai bagian dari pembentukan akhlak,” ujarnya.
Ia juga mengaku bahwa sepuluh tahun yang lalu, sulit membayangkan adanya sekolah berstandar internasional di wilayah Kabupaten Probolinggo.
“Namun kini, hal itu bukan lagi mimpi. Ini bukti bahwa pendidikan di Probolinggo bergerak maju dan berpikir jauh ke depan,” pungkasnya.
Peluncuran ICP ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Kabupaten Probolinggo dalam mengembangkan mutu pendidikan menuju level global, tanpa mengabaikan akar budaya dan nilai spiritual yang menjadi identitas daerah.