banner 728x90
banner 728x90
News

Dingin! Fenomena Bediding Terjadi di Jatim, BMKG Imbau Masyarakat Siaga Suhu Ekstrem

×

Dingin! Fenomena Bediding Terjadi di Jatim, BMKG Imbau Masyarakat Siaga Suhu Ekstrem

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi keluarga kedinginan./ bolinggo.co

SURABAYA,- Musim kemarau tahun ini dirasa berbeda dari biasanya. Meski sudah memasuki pertengahan Juli 2025, suhu udara di beberapa wilayah Jawa Timur justru terasa lebih dingin.

Hal ini disebabkan oleh fenomena bediding, yang menurut BMKG, merupakan bagian dari siklus musiman yang rutin terjadi tiap tahun menjelang puncak kemarau.

Kepala Stasiun Klimatologi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, menjelaskan bahwa musim kemarau 2025 mengalami pergeseran dan diperkirakan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang.

“Beberapa wilayah yang diperkirakan tidak ada tutupan awan atau tidak ada hujan berdampak pada potensi suhu ekstrem seperti bediding yang juga meningkat,” ujar Anung, dikutip Rabu (16/7/2025).

Bediding sendiri, lanjut Anung, merupakan istilah yang digunakan masyarakat untuk menggambarkan kondisi suhu yang terasa lebih dingin dari biasanya, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa Timur.

Kondisi ini disebabkan oleh aktifnya angin monsun timuran yang bersifat kering dan dingin, disertai minimnya tutupan awan.

“Jadi, bediding adalah siklus yang tiap tahun terjadi. Untuk Juli 2025, terpantau di data pengamatan otomatis Pos Bromo tercatat suhu mencapai 5,3 derajat Celsius,” imbuhnya.

Anung menambahkan bahwa suhu dingin yang ekstrem ini dapat berdampak luas, mulai dari mengganggu kenyamanan tubuh, terutama pada kelompok rentan seperti lansia, hingga memicu embun es (frost) di dataran tinggi yang berpotensi merusak tanaman dan mengganggu sektor peternakan.

Baca Juga:  Aliansi Santri Gus Dur Meminta Ketum dan Sekjen PBNU Mundur Dari Jabatannya

“Fenomena bediding merupakan bagian dari siklus tahunan yang perlu diwaspadai dampaknya. Suhu rendah juga berpotensi menimbulkan embun es di dataran tinggi yang dapat merusak tanaman serta memengaruhi sektor peternakan,” jelasnya.

Menurut BMKG, fenomena bediding diprediksi berlangsung selama musim kemarau, yakni antara Juni hingga September. Suhu terendah biasanya terjadi pada Agustus saat puncak kemarau berlangsung.

Anung juga mengingatkan agar masyarakat, khususnya yang tinggal di dataran tinggi, lebih waspada terhadap perubahan suhu ekstrem ini. “Sektor peternakan, diprediksi berpotensi menyebabkan kematian, khususnya untuk peternakan unggas,” ucapnya.

Ia menambahkan bahwa fenomena ini bisa terjadi di seluruh wilayah selatan khatulistiwa di Indonesia, tidak hanya di Jawa Timur saja. Oleh karena itu, BMKG terus menyampaikan pembaruan informasi terkait suhu dan cuaca ekstrem melalui kanal resmi seperti website, media sosial, dan aplikasi Info BMKG.

“Masyarakat diimbau untuk selalu mengecek prediksi cuaca dari BMKG agar dapat memitigasi kondisi ekstrem yang terjadi,” tutupnya.