banner 728x90
banner 728x90
Ragam

Pak Sandi, Seniman Pahat dari Probolinggo yang Perlu Diberdayakan

×

Pak Sandi, Seniman Pahat dari Probolinggo yang Perlu Diberdayakan

Sebarkan artikel ini
Pak Sandi, Seniman Pahat dari Probolinggo./ Fauzan bolinggo.co

Oleh: Muh. Andi Fauzan (Aktivis Lingkungan)

BOLINGGODOTCO,- Pak Sandi, pria kelahiran tahun 1959 asal Desa Matekan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, mungkin dikenal oleh banyak orang sebagai sosok kakek biasa. Namun, di balik usianya yang tak lagi muda, tersimpan keahlian luar biasa dalam bidang seni pahat.

Secara ekonomi maupun status sosial, Pak Sandi memang bukan sosok yang menonjol. Namun, kemampuannya dalam memahat kayu benar-benar membuat saya kagum.

Ia memiliki kebiasaan mengolah kayu menjadi karya seni bernilai tinggi. Bagi saya, apa yang beliau lakukan sangat luar biasa, tidak banyak orang di Probolinggo yang memiliki keterampilan seperti itu.

Sayangnya, keterampilan memahat Pak Sandi kini hanya menjadi kegiatan untuk mengisi waktu luang.

Beliau bercerita bahwa kemampuannya diperoleh saat bekerja di industri mebel, dan sejak itu terus ia kembangkan sendiri di rumah, meskipun hanya dengan peralatan sederhana.

Saya sempat bertanya kepadanya,

“Pak Sandi, apakah patung harimau ini Bapak buat dengan bantuan gambar?”

Dengan tenang beliau menjawab, “Tidak.”

Jawaban itu sungguh membuat saya terkesima. Dari situ saya semakin yakin, bahwa Pak Sandi adalah satu-satunya warga di Desa Matekan yang mampu memahat dengan detail dan keindahan seperti itu, bahkan tanpa bantuan sketsa atau gambar.

Baca Juga:  Musisi Sekaligus Produser Musik Gustiwiw Meninggal Dunia, Dunia Musik Tanah Air Berduka

Tak hanya itu, beliau juga pernah menerima pesanan patung sapi kerapan dari Dinas Sosial. Namun yang membuat saya lebih tercengang bukanlah pencapaian-pencapaian tersebut, melainkan kenyataan bahwa hingga kini, sosok seperti Pak Sandi belum mendapatkan dukungan atau wadah dari pemerintah daerah.

Menurut saya, apabila pemerintah memberikan perhatian dan fasilitas untuk mengembangkan keterampilan Pak Sandi, bukan tidak mungkin Probolinggo akan memiliki ikon lokal dalam bidang seni pahat.

Bayangkan, dengan alat seadanya saja beliau bisa menciptakan karya luar biasa, apalagi jika diberikan dukungan yang memadai.

Saya berharap tulisan ini tidak berhenti sebagai sekadar refleksi, tetapi dapat menjadi pemantik bagi adanya tindak lanjut.

Pak Sandi layak mendapatkan advokasi, ruang berkarya, serta dukungan dari pemerintah daerah agar keterampilan seni pahatnya bisa diwariskan dan dikembangkan lebih jauh.

Saya percaya, Probolinggo akan semakin SAE jika talenta-talenta seperti Pak Sandi diberdayakan dan diapresiasi sebagaimana mestinya.