PROBOLINGGO,- Ribuan warga tumpah ruah di kawasan pantai Mayangan Kota Probolinggo untuk mengikuti rangkaian Tradisi Petik Laut. Tradisi ini adalah semangat syukur masyarakat pesisir yang kembali menghidupkan ritual budaya dua tahunan ini.
Sejak pagi, area pesisir sudah berubah menjadi lautan manusia. Perahu-perahu nelayan dihias warna-warni, bendera berkibar, dan lantunan sholawat menggema, menciptakan suasana religius sekaligus penuh suka cita.
Wali Kota Probolinggo Aminuddin hadir langsung di tengah masyarakat. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa Petik Laut bukan hanya kegiatan seremonial, melainkan simbol kebersamaan masyarakat pesisir.
“Petik Laut adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki yang diberikan, sekaligus cerminan gotong royong warga. Tradisi ini memperkuat jalinan sosial dan menjadi kebanggaan budaya Kota Probolinggo,” ujar Aminuddin, Sabtu (11/10/2025).
Menurutnya, antusiasme masyarakat tahun ini jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Selain menjaga warisan budaya, kegiatan ini juga menjadi penggerak ekonomi lokal.
“Kami berharap Petik Laut ke depan bisa menjadi agenda tahunan yang lebih besar dan memberikan manfaat nyata bagi warga,” tambahnya.
Lurah Mayangan Wisnu Setiawan menjelaskan, rangkaian kegiatan berlangsung selama tiga hari. Dimulai dari Khotmil Quran dan Majengan Bersholawat, dilanjutkan Pawai Budaya, Larung Sesaji, dan ditutup dengan tasyakuran serta hiburan orkes Melayu.
Puncak acara menjadi momen paling ditunggu Larung Sesaji ke tengah laut. Wali Kota bersama para nelayan menaiki perahu hias, membawa sesaji berisi hasil bumi dan perlengkapan dapur, lalu menurunkannya ke laut sebagai bentuk rasa syukur dan doa agar laut tetap membawa berkah.
Tradisi Petik Laut bagi masyarakat pesisir bukan sekadar ritual, tapi ikatan spiritual antara manusia dan laut, warisan budaya yang terus dijaga, dirayakan, dan menjadi kebanggaan warga Kota Probolinggo.***